Gejala Covid-19 Hilangnya Penciuman Rupanya Dipengaruhi oleh Pencemaran Udara Hampir Dua Kali Lipat

TRIBUNMADURA.COM - Kita pasti sering mendengar istilah Anosmia atau hilangnya kemampuan indra penciuman yang menjadi salah satu gejala Covid-19.

Orang yang mengalami Anosmia biasanya tidak bisa mencium aroma apa pun, baik aroma bunga atau parfum maupun bau busuk dan bau amis.

Kondisi ini tentunya sangat mempengaruhi kualitas hidup seseorang, sangat sulit untuk mencicipi makanan, mendeteksi bahaya udara di lingkungan dan melakukan fungsi lain yang bergantung pada indera.

Anosmia ternyata berkaitan juga dengan udara kotor. Sebuah studi menemukan bahwa paparan jangka panjang terhadap polusi udara dapat merampas indra penciuman seseorang.

Dilansir TribunMadura dari akun instagram @sehatkanudaraku pada Minggu, 29 Agustus 2021, sebuah tim dari Universitass John Hopkins, AS melakukan studi baru untuk menemukan bahwa paparan udara jangka panjang terhadap PM2.5 meningkatkan risiko kehilangan penciuman, bahkan hampir dua kali lipat.

"Berdasarkan hasil ini, paparan jangka panjang terhadap tingkat PM2.5 yang tinggi merupakan faktor risiko umum hilangnya indra penciuman, terutama pada populasi rentan seperti orang tua," kata Dr. Murugappan Ramanathan, seorang Profesor Fakultas Kedokteran Universitas John Hopkins.

Dalam studi mereka, para peneliti mengamati 2.690 orang, berusia 18 tahun ke atas, yang dievaluasi oleh ahli THT dalam periode Januari 2013 dan Desember 2016.

Dari jumlah tersebut, 538 didiagnosis dengan anosmia, dengan usia rata-rata 54 tahun dan mayoritas laki-laki.

Paparan partikel PM2.5 (partikel halus) memang berkaitan dengan penyakit kardiovaskular, kanker paru-paru, penurunan kemampuan berpikir kognitif, penyakit paru obstruktif kronik, dan asma.

Bagaimana membedakan kehilangan indra penciuman akibat virus corona dan pilek?

0 Response to "Gejala Covid-19 Hilangnya Penciuman Rupanya Dipengaruhi oleh Pencemaran Udara Hampir Dua Kali Lipat"

Post a Comment